Sunday, November 16, 2014

Moon Eclipse and Uranus

Observing the sky object could be anywhere and you will find surprising discovery.

This is what I experienced when I was in Soe, a small town, capital of TTS district in Timor island, October 2014 for a duty. I already knew that in the night of 8 October 2014, after sunset, there will be a total moon eclipse, and I have purposely brought a handy, collapsible tripod for my Nikon D7000 to take the picture of the eclipse.

Since 5:15pm (already almost dark there) I have already set my equipment and, surrounded by local people, I took the moon eclipse in a few minutes interval. I also used movie mode of the camera. My first attempts were not very successful. With almost dark surrounding, and the small tripod, I could hardly make focus adjustment. Finally I got a good photo of the moon eclipse and I am  satisfied with the results.

When I was back in hotel room and checked the Stellarium, I found a small dot at the upper side of the moon which, to my surprise is Uranus! I hurriedly checked my photo again and enlarged it. And yes! A small dot emerged, which I highly confident that it was Uranus.

Here are the photo series I took on the eclipse, and below are the enlarged photos of Uranus, with relative distance to the moon and a close-up photo. Not very clear, but as amateur astronomer I am glad that I could take one of the sun's planet, the sister planet of the Earth.

This is for the second time I accidentally identified a planet. Previously I was able to capture Neptune. Read my article about this in the following link: The first observation of moon and planet

First attempt, at 5:31pm local time (WITA), blurred


Second attempt, at 5:38pm, getting better
























This is the 19th attempt at 6:24pm, the earth's shadow already receded
This is with the movie-mode of my Nikon D7000:



And these are the photos of Uranus (i) relative to the moon (on the upper right), and (ii) close-up photo:
(i) Uranus, seen as blue dot on the upper right side


(ii) Planet Uranus in close-up, the blurred tail is because the camera is set on a fixed tripod with longer exposure

Uranus is the seventh planet from the Sun. It has the third-large planetary radius and fourth-largest planetary mass in the Solar System.  Uranus is similar in composition to Nepture, and both are of different chemical composition to the larger gas giant Jupiter and Saturn (Wikipedia).  
Uranus as taken by Voyager 2 in 1986 (Wikipedia)

Monday, March 31, 2014

Mars saat ini mendekati bumi

Teleskop Ruang Angkasa Hubble milik NASA saat mengambil gambar Mars pada 26 Agustus 2003, ketika Planet Merah itu berjarak 34,7 juta mil dari Bumi. Gambar ini diambil 11 jam sebelum jarak Mars terdekat dengan bumi dalam 60.000 tahun (Sumber: Space.com)

Mars, planet ke empat dari keluarga matahari, pada malam-malam hari ini memiliki jarak terdekatnya dengan bumi. Itulah sebabnya, Mars yang berwarna kemerahan, tampak lebih terang pada waktu mulai muncul di ufuk timur, berdampingan dengan Spica di rasi Virgo.

Meskipun terlihat berdekatan, Mars dan Spica adalah dua benda langit yang sangat berbeda dan memiliki perbedaan jarak yang sangat besar. Mars adalah salah satu dari planet yang bersama-sama bumi mengelilingi matahari. Jarak terdekatnya dengan bumi (perihelion) adalah 206.669.000 km, sedangkan jarak terjauhnya (aphelion) 249.209.300 km. Sedangkan Spica adalah bintang paling terang di rasi Virgo, berupa raksasa biru yang jauhnya 260 tahun cahaya dari bumi. Spica adalah bintang ganda yang saling berputar mengelilingi satu sama lain.  Kedua benda langit tersebut dalam beberapa malam ini menghiasi langit malam di sebelah timur, dan bergerak lambat semakin keatas dengan semakin larutnya malam, dan tenggelam di langit barat pada saat fajar. 

Planet yang namanya diambil dari Dewa Perang pada legenda Romawi kuno tersebut mulai tampak terang pada tanggal 20-an bulan ini (Maret 2014). Pada 29 Maret jam 7.30, planet merah ini terlihat 10 derajat diatas ufuk langit Jakarta. Penampakan Mars yang spektakuler ini akan berlangsung sampai akhir bulan April dimana ukuran Mars akan kembali "mengecil" karena jaraknya menjauh dari bumi. 


Malam-malam mendatang ini merupakan saat terbaik untuk mengamati Mars karena jaraknya yang paling dekat dengan bumi. Mengamati Mars tidak harus memiliki peralatan khusus. Dengan mata telanjangpun, apabila langit cerah tidak berawan, Mars bisa dilihat berupa bintik terang kemerahan yang tidak berkedip di langit sebelah timur, berdekatan dengan Spica yang berkedip-kedip disebelahnya. 

Dengan binokular, planet ini terlihat sebagai titik terang berwarna kemerahan, sedangkan dengan bantuan teleskop yang lebih besar, Mars bisa kita lihat sebagai bulatan kecil kemerahan. 

Mars adalah salah satu benda langit setelah bulan yang banyak diteliti karena kemungkinannya untuk dapat dihuni oleh manusia. Adanya es di salah satu kutubnya sudah lama dianggap sebagai salah satu bukti adanya kemungkinan air di Mars. Tautan (link) berikut ini (dari Space.com) menggambarkan berbagai upaya penelitian tentang adanya air dan kehidupan di Mars, dan kemungkinan manusia untuk dapat berkunjung dan tinggal di Mars, mungkin kalau planet bumi sudah kelebihan manusia...

http://www.space.com/10226-life-mars-search-continues.html

Bagi saya, menikmati indahnya malam hari yang dihiasi dengan penampakan Mars dan Spica di ufuk timur, sudah lebih dari cukup untuk bisa bersyukur karena masih diberi kesempatan melihat ciptaan Sang Maha Pencipta.